Barongan Blora Yang Menggeliat



Sejak mendirikan paguyuban seni barongan tahun 1999, tidak terasa kini sudah 19 tahun tetap konsisten ikut mengembangkan dunia kesenian dan kebudayaan Blora. Adi Wibowo seorang pegiat seni yang tetap eksis untuk terus melestarikan dan mengembangkan kesenian barongan di Kabupaten Blora. Bahkan berkat perjuangannya bersama seluruh seniman barongan yang ada di seluruh pelosok Blora, kini barongan telah dikenal menjadi ikon budaya di Kabupaten Blora.
Pria bertubuh besar yang memimpin paguyuban seni barongan Risang Guntur Seto di Kelurahan Kunden Blora ini sudah sejak lama menginginkan bahwa kesenian barongan melekat dengan nama Blora. “Sejak awal saya mendirikan Risang Guntur Seto di 20 Mei 1999 silam, memang saya memimpikan agar bagaimana caranya barongan ini menjadi ikon dan identik dengan Blora. Seperti halnya orang berfikir leak maka tersirat kata Bali, dan saat berfikir reog maka disitu melekat Ponorogo,”
Berawal dari keinginan tersebut, ia berusaha membuat penampilan barongan bisa menarik dan membuat banyak orang suka dengan aksi pertunjukan para pemain barongan. “Pada awal tahun 90-an memang sudah banyak paguyuban seni barongan di Blora, namun kebanyakan barongan di Blora saat itu masih berpenampilan seadanya dengan rambut dari tali rafia dan aksesoris mata dari beling (kaca-red). Pertunjukannya pun masih terkesan magis dan seram. Unsur hiburannya minim,” kata Adi Wibowo yang akrab dipanggil Didik ini.
“Pertunjukan barongan yang terkesan seram dan dekat dengan unsur magis membuat masyarakat saat itu enggan menanggap seni barongan. Apalagi pertunjukan barongan yang dikemas diatas panggung pun belum dikenal. Barongan hanya berfungsi sebagai media tradisi upacara adat seperti halnya bersih desa,” jelasnya.
Berdasarkan keadaan tersebut, mulailah Adi Wibowo bersama beberapa seniman barongan melakukan inovasi dan berkreasi. Mulanya memperbaiki tampilan barongan dengan menggunakan ijuk sebagai rambut kepala barong. Tabuhan iringan musik yang awalnya hanya “tholek thogling” dengan nada gamelan “mo-nem mo-nem” ditambah dengan saron demung, drum, slompret, dan alat musik lain sehingga lebih rancak.
Begitu juga dengan segi sajian tari, semua unsur tokoh kesenian barongan ditampilkan dengan alur cerita sehingga tampilan pertunjukan barongan lebih dinamis dan teratur. Mulai singa barong perwujudan Gembong Amijoyo tokoh utama pertunjukan barongan Blora yang konon dulunya adalah penjaga alas jati wengker Kabupaten Blora, Jaka Lodra (gendruwonan), pujangga anom (bujang ganong), mbok Gaenah, Untup, Nayantaka, dan pasukan kuda (jaranan) semua dirangkaikan menjadi sebuah sajian tari yang menarik. Kita harus tetap belajar, terus berkreasi, berinovasi, berlatih dan berlatih agar tampilan seni barongan Blora bisa lebih menarik dan menghibur. Tentunya dengan catatan tidak meninggalkan pakem dasar pertunjukan barongan Blora,” jelas Adi.
"Tugas kita untuk terus mengenalkan dan mempromosikan seni Barongan Blora ke luar daerah bahkan nasional hingga internasional. Dengan semakin dikenalnya Barongan Blora, diharapkan nanti akan lebih banyak yang menghargai dengan menanggapnya. Sehingga secara tidak langsung, kelangsungan paguyuban seni barongan yang ada di Blora juga akan lebih baik,” harapnya. sumber: http://ceritadariblora.id/site/unit-kabar/5

Related

Seni Budaya 1445248995636109388

Posting Komentar

emo-but-icon


Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item